Penegrtian Batu Ginjal
Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu kondisi ketika material keras yang menyerupai batu terbentuk di dalam ginjal. Material tersebut berasal dari sisa zat-zat limbah di dalam darah yang disaring oleh ginjal yang kemudian mengendap dan mengkristal seiring waktu.
Pada sebagian besar kasus, penyakit batu ginjal dialami oleh orang-orang yang berusia 30-60 tahun. Diperkirakan 10 persen wanita dan 15 persen pria pernah mengalami kondisi ini selama hidup mereka.
Endapan batu di dalam ginjal bisa disebabkan oleh makanan atau masalah kesehatan lain yang mendasari. Berdasarkan jenisnya, batu ginjal dibagi menjadi empat, yaitu batu kalsium, batu asam urat, batu struvit, dan batu sistin.
Jenis-jenis Batu Ginjal
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
·
Batu
Kalsium.
Batu
kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu
sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium
adalah:
Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari
250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria
absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada
tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal)
dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria
resoptif) seperti
pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
a.
Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45
gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar
konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao,
arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
b.
Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850
mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang
mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat
bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme
endogen.
c.
Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan
kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan
oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit
asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan
thiazide dalam jangka waktu lama.
d.
Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat,
magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam
urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga
mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.
·
Batu
Struvit.
·
Batu
Urat.
Gejala Batu Ginjal
Gejala batu ginjal tidak akan terasa jika ukuran batu relatif kecil dan bisa keluar dari saluran kemih bersamaan dengan aliran urine dengan lancar. Gejala baru bisa dirasakan apabila batu tertahan di dalam ginjal, batu berukuran terlalu besar melewati ureter, atau batu ginjal menyebabkan infeksi.
Ureter adalah saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Bentuk organ ini menyerupai tabung dengan struktur jaringan yang sensitif. Ketika batu ginjal yang besar melewati ureter, batu tersebut akan bergesekan dengan dinding ureter sehingga menyebabkan iritasi dan berisiko melukai. Ini sebabnya kadang-kadang urine bisa mengandung darah. Jika batu tersebut berukuran cukup besar, batu bisa tersangkut di dalam ureter sehingga mengganggu kelancaran aliran urine dari ginjal.
Gejala batu ginjal yang paling umum adalah rasa nyeri yang menetap pada perut bagian samping, punggung bagian bawah, pinggang, selangkangan, atau bahkan testis (pada pria).
Selain itu, gejala lain dari batu ginjal yang mungkin ada adalah:
·
Meningkatnya
frekuensi buang air kecil dan rasa sakit saat berkemih.
·
Warna
urine tampak keruh dan beraroma tidak sedap. Warna keruh seperti kecokelatan
atau kemerahan pada urine tersebut bisa diakibatkan oleh adanya pendarahan saat
batu ginjal melewati saluran kemih.
·
Mual
dan bisa disertai muntah.
·
Gelisah.
·
Sulit
beristirahat karena sulit menemukan posisi yang tepat untuk melakukannya.
Penyebab Batu Ginjal
Secara alami, ginjal membersihkan darah tiap hari dengan menyaring zat-zat limbah yang terdapat di dalamnya untuk selanjutnya dibuang dalam bentuk urine. Terkadang zat-zat tersebut kadarnya terlalu banyak dibanding cairan yang berfungsi sebagai pelarut sehingga tidak dapat sepenuhnya terbuang oleh tubuh dan mengendap di dalam ginjal. Faktor penyebab lainnya adalah ginjal kekurangan bahan yang berfungsi mencegah endapan kristal menggumpal membentuk batu.
Endapan batu di dalam ginjal bisa disebabkan oleh makanan atau masalah kesehatan lain yang mendasari. Berdasarkan bahan pembentuknya, batu ginjal dapat dibagi menjadi empat jenis utama, yaitu batu kalsium, batu asam urat, batu amonia (struvit), dan batu sistin.
Batu kalsium disebabkan oleh tingginya kadar kalsium di dalam urine. Jenis batu ginjal ini merupakan yang paling umum terjadi. Tingginya kadar kalsium bisa diakibatkan karena penyakit keturunan hiperkalsiuria. Kondisi ini menyebabkan penderitanya melepaskan kalsium yang banyak dalam urine. Tingginya kadar kalsium juga bisa disebabkan oleh kelenjar paratiroid yang terlalu aktif. Hormon yang diproduksi kelenjar ini berfungsi mengatur jumlah kalsium di dalam darah.
Yang kedua adalah batu asam urat. Batu ini terbentuk akibat tingginya kadar asam urat di dalam urine yang disebabkan oleh makanan berkadar purin tinggi. Contoh makanan yang memicu tingginya asam urat adalah kerang-kerangan, daging dan ikan. Penderita penyakit Gout juga berisiko tinggi membentuk batu jenis ini.
Yang ketiga adalah batu struvit. Ini merupakan jenis batu ginjal yang dapat terbentuk dan membesar secara cepat. Penyebab utama terbentuknya batu struvit adalah infeksi saluran kemih yang telah berlangsung lama. Jenis batu ini lebih sering ditemukan pada pasien wanita dibandingkan pasien laki-laki.
Yang terakhir adalah batu sistin. Batu ginjal ini terbentuk akibat terlalu banyaknya asam amino sistin yang dikeluarkan oleh ginjal. Batu sistin merupakan jenis batu ginjal yang sangat jarang ditemukan. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit yang dikenal sebagai sistinuria. Penyakit ini mempengaruhi jumlah asam amino sistin yang dikeluarkan dalam urine.
Selain faktor makanan dan kondisi kesehatan yang mendasari, ada beberapa faktor lain yang bisa memicu terjadinya penyakit batu ginjal, di antaranya:
·
Kurang
minum air putih.
·
Riwayat
kesehatan keluarga.
·
Mengalami
obesitas.
·
Mengonsumsi
obat-obatan, misalnya diuretik, aspirin, antibiotik, antasid, serta beberapa
obat antiepilepsi dan antiretroviral.
·
Efek
samping operasi terhadap organ pencernaan.
·
Terlalu
banyak mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan terlalu sedikit
mengonsumsi makanan berserat.
·
Hanya
memiliki satu ginjal yang masih berfungsi.
·
pernah
mengalami beberapa infeksi yang berhubungan dengan ginjal atau sistem saluran
kemih.
·
Memiliki
riwayat keluarga berpenyakit batu ginjal.
·
Pernah
menjalani operasi pada sistem pencernaan..
·
Rutin
mengonsumsi suplemen yang mengandung kalsium.
·
Mengonsumsi
obat-obatan aspirin, antibiotik golongan tertentu, antasida, diuretik, obat
anti epilepsi, dan obat-obatan untuk HIV.
Diagnosis Batu Ginjal
Dalam mendiagnosis batu ginjal, pertama-tama dokter akan mencoba menggali keterangan terlebih dahulu dari pasien seputar gejala-gejala yang dialaminya. Biasanya dokter juga akan menanyakan apakah pasien sudah pernah menderita batu ginjal, memiliki riwayat keluarga berpenyakit batu ginjal, atau apakah pasien sering mengonsumsi makanan atau suplemen yang dirasa bisa memicu terbentuknya batu ginjal.
Setelah keterangan tersebut dikumpulkan, sejumlah pilihan tes akan dilakukan untuk memastikan diagnosis. Tes tersebut bisa berupa pemeriksaan urine, pemeriksaan darah, dan pemindaian (misalnya USG, rontgen, CT scan, dan intravenous urogram/IVU).
Pemeriksaan urine dilakukan untuk mengetahui keberadaan infeksi pada saluran kemih yang terkait dengan batu ginjal. Selain itu, jika sampel urine mengandung serpihan batu ginjal, tes ini dapat membantu dokter dalam mengenali jenis batu ginjal yang terbentuk.
Sedangkan untuk pemeriksaan darah, metode ini dilakukan untuk membantu dokter mengetahui kadar zat-zat tertentu yang berpotensi menyebabkan batu ginjal, misalnya seperti kadar kalsium atau asam urat di dalam darah. Selain itu, tes darah juga dilakukan untuk memastikan apakah ginjal pasien masih berfungsi dengan baik atau sudah mengalami kerusakan.
Yang terakhir adalah pemeriksaan melalui citra gambar dengan X-ray, CT scan atau intravenous urogram (IVU). Pemeriksaan yang hanya bisa dilakukan di rumah sakit ini sebenarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memastikan keberadaan dan menentukan posisi batu ginjal secara tepat dan akurat.
Analisis yang tepat akan sangat membantu dokter dalam menentukan penanganan atau obat-obatan yang sesuai dengan kondisi penderita batu ginjal. Untuk diketahui, saat ini pemeriksaan CT scan sudah lebih sering dijadikan pilihan utama oleh dokter dalam mendiagnosis penyakit batu ginjal karena hasilnya yang lebih akurat dibandingkan dengan metode pemeriksaan penunjang lainnya.
Pengobatan Batu Ginjal
Pengobatan penyakit batu ginjal tergantung kepada ukuran batu. Jika masih tergolong kecil, batu ginjal masih dapat keluar melalui saluran kemih tanpa harus dilakukan operasi. Dokter biasanya akan menyarankan pasien melakukan langkah pengobatan selayaknya tindakan pencegahan, yaitu dengan minum cukup air putih tiap hari. Dengan adanya aliran cairan secara terus-menerus, diharapkan batu ginjal yang kecil dapat terdorong keluar dengan sendirinya.
Jika air putih saja dianggap belum
cukup, dokter kemungkinan akan meresepkan obat untuk membantu melancarkan
pengeluaran batu ginjal, misalnya obat penghambat alfa. Obat ini membantu
menjadikan otot-otot ureter rileks sehingga batu ginjal bisa keluar tanpa
menimbulkan rasa sakit dan dalam tempo waktu yang relatif cepat.
Apabila gejala yang dirasakan pasien
sudah cukup mengganggu, biasanya dokter cukup meresepkan obat pereda rasa
sakit, seperti parasetamol ibuprofen dan obat anti radang non steroid. Selain
obat pereda sakit, dokter juga akan memberikan obat antiemetik untuk menangani
gejala mual dan muntah-muntah.
Dokter biasanya akan merujuk pasien
ke rumah sakit apabila penyakit batu ginjal sudah menyebabkan rasa sakit yang
parah. Hal ini diperlukan terutama jika pasien memiliki kondisi lain (misalnya
sedang hamil, muntah-muntah sampai menyebabkan dehidrasi, berusia di atas 60
tahun, serta hanya memiliki satu ginjal). Selain itu, dokter juga biasanya akan
merujuk pasien ke rumah sakit jika gejala nyeri bertambah parah meskipun sudah
diberikan obat pereda nyeri.
1. Penanganan batu ginjal dengan
operasi
Prosedur-prosedur untuk menangani batu ginjal besar adalah:
·
Extracorporeal shock wave lithotripsy
(ESWL).
yaitu
prosedur penghancuran batu ginjal dengan menggunakan gelombang suara frekuensi
tinggi (ultrasound). Batu dihancurkan agar serpihan-serpihannya dapat keluar
dengan mudah.
·
Ureteroskopi.
yaitu
prosedur pengangkatan batu ginjal dengan menggunakan sebuah alat yang disebut
ureteroskop yang dimasukkan ke ureter melalui uretra dan kandung kemih. Uretra
adalah saluran terakhir untuk keluarnya urine dari kandung kemih ke luar
tubuh.. Setelah letaknya diketahui, batu akan dihancurkan dengan menggunakan
instrumen lain atau laser.
Ureteroskopi
biasanya dilakukan untuk menangani batu yang terjebak di dalam ureter.
·
Bedah
terbuka.
Di
zaman modern seperti sekarang, prosedur ini sebenarnya sudah tergolong jarang
dan hanya dilakukan untuk mengangkat batu ginjal yang berukuran sangat besar.
Sesuai dengan namanya, bedah terbuka dilakukan dengan cara membuat sebuah sayatan
pada permukaan kulit di punggung yang berfungsi sebagai akses bagi dokter bedah
dalam mengangkat batu ginjal.
·
Percutaneous nephrolithotomy atau disingkat PCNL.
yaitu
prosedur penghancuran batu ginjal.
Sayatan kecil dibuat di atas permukaan kulit dekat ginjal sehingga alat yang
disebut nephroscope
bisa masuk untuk memecahkan dan mengangkat serpihan batu ginjal. Prosedur ini
biasanya dilakukan jika tindakan ESWL tidak memungkinkan untuk dilakukan, misal
pada penderita obesitas.
Komplikasi Batu Ginjal
Komplikasi yang tibul pada penderita dengan batu ginjal bisa diakibatkan karena batu ginjal itu sendiri atau akibat terapi penanganan batu ginjal.
·
Konflikasi
Akibat batu Ginjal.
·
Konflikasi
Akibat Terapi Batu Ginjal.
·
Sepsis.
Bakteri dan mikroorganisme yang terdapat di ginjal dapat lolos ke aliran darah
dan menyebabkan infeksi. Gejalanya akan timbul di seluruh tubuh.
·
Nyeri.
·
Cedera
pada ureter.
·
Perdarahan
akibat operasi.
Pencegahan Batu Ginjal
Cara mencegah batu ginjal sebenarnya cukup sederhana. Yang pertama adalah dengan minum air putih secukupnya tiap hari. Selain dapat mencegah dehidrasi, minum cukup air putih juga dapat mengencerkan urine Anda sehingga zat-zat limbah yang disaring ginjal dari darah tidak mudah mengendap dan selalu terbuang secara lancar.
Langkah pencegahan kedua adalah membatasi konsumsi makanan, minuman, atau suplemen yang mengandung zat-zat yang berpotensi menyebabkan terbentuknya batu ginjal. Misalnya seperti oksalat, protein hewani, dan suplemen kalsium. Selain itu, pilihlah makanan dengan kandungan garam yang rendah.
Contoh-contoh makanan atau minuman yang mengandung oksalat adalah:
·
Kacang-kacangan,
termasuk produk olahan kacang kedelai.
·
Ikan
sarden.
·
Cokelat.
·
Teh
hitam.
·
Ubi.
·
Bayam.
·
Buah
anggur.
·
Asparagus.
Tetap konsumsi makanan yang
mengandung kalsium, karena tubuh membutuhkan kalsium untuk merawat tulang dan
gigi. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi tentang nutrisi yang sebaiknya
dipenuhi oleh penderiita. Juga diskusikan terlebih dahulu dengan dokter, jika
Anda ingin mengonsumsi suplemen kalsium tambahan.
Selain dengan minum air putih
secukupnya dan membatasi asupan nutrisi tertentu, pencegahan batu ginjal juga
bisa dilakukan dengan cara mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.
Biasanya langkah ini dianjurkan bagi mereka yang pernah menderita batu ginjal
agar kondisi tersebut tidak kambuh. Contohnya adalah pemberian allopurinol
untuk menurunkan kadar asam urat di dalam darah guna mencegah terbentuknya batu
ginjal asam urat, antibiotik untuk mencegah infeksi saluran kemih sebagai
pemicu utama batu ginjal struvit, obat diuretik untuk pada pasien penyakit
hiperkalsiuria untuk mencegah batu ginjal kalsium, dan obat-obatan penurun
kadar zat sistin untuk mencegah batu ginjal sistin.
DAFTAR
PUSTAKA
· Doenges,
ME. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi.3.Jakarta: EGCcre : ’06 PSIK USK.
· Guyton.A.C,
1996.Teksbook of Medical Physiology, philadelpia. Elsevier saundersIlmu
Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15, Glomerulonefritis
akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.
· Kuncoro,
Sri dan Soenanto, Hardi. (2005). Hancurkan Batu Ginjal dengan Ramuan
Herbal. Jakarta: Niaga Swadaya.
·
Lambert
H, Coulthard M, 2003. The child with urinary tract infection. In : Webb NJ.A,
Postlethwaite RJ ed. Clinical Paediatric Nephrology.3 rd ED. Great Britain:
Oxford Universsity Press., 197-22.
· Nursalam.
(2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
· Mansjoer,A.,Soprohaita.,Wardani,W.I.,Setiowulan,W.,2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media
Aesculapius.Jakarta.
·
Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi,
Sagung Seto, Jakarta.
· Price,
Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC,
Jakarta.
· Rusdidjas,
Ramayati R, 2002. Infeksi saluran kemih. In Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,
Pardede SO. Buku ajar Nefrologi Anak. 2 nd .Ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 142-163.
· Santosa,Budi.2005.Panduan
Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.Prima
Medika.
· Smeltzer.C
Suzannae, Bare.G Breda.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8.Jakarta.EGC.
· Suddart
& Brunner. (2000). Keperawatan
Medikal-Bedah. Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar