Pengertian
Gangguan Pendengaran
Proses pendengaran terjadi ketika gendang telinga bergetar akibat gelombang suara yang masuk ke liang telinga. Getaran kemudian dilanjutkan ke telinga tengah melalui tiga tulang pendengaran yang dikenal dengan nama osikel (terdiri dari tulang malleus, incus, stapes). Osikel akan memperkuat getaran untuk dilanjutkan menuju rambut-rambut halus di dalam koklea, di mana koklea akhirnya mengirim sinyal melalui saraf pendengaran ke otak.
Biasanya gangguan pendengaran berkembang secara bertahap, tapi hilangnya pendengaran bisa muncul tiba-tiba. Suara-suara yang memiliki tingkat kebisingan hingga 79 desibel masih bisa dikategorikan aman bagi telinga manusia.
Menurut WHO, sampai tahun 2015, sekitar 360 juta orang di seluruh dunia menderita gangguan pendengaran. Sementara, ada sekitar 1,1 miliar orang di dunia berisiko menderita gangguan pendengaran akibat cara penggunaan alat pemutar musik yang membahayakan pendengaran.
Gejala
Gangguan Pendengaran
Beberapa tanda dan gejala awal gangguan pendengaran
adalah:
·
Meminta orang lain untuk mengulang
perkataannya.
·
Selalu kelelahan atau stres, karena
harus berkonsentrasi saat mendengarkan.
·
Menarik diri dari pembicaraan.
·
Kesulitan mendengar dering telepon atau
bel pintu.
·
Menghindari beberapa situasi sosial.
·
Kesulitan mendengarkan perkataan orang
lain secara jelas, khususnya ketika berdiskusi dengan banyak orang atau dalam
keramaian.
·
Kesulitan mendengarkan konsonan.
·
Mendengarkan musik atau menonton
televisi dengan volume suara lebih keras dari orang lain.
·
Kesulitan menentukan arah sumber suara.
Gejala-gejala gangguan pendengaran pada bayi dan
anak-anak sedikit berbeda dengan orang dewasa.
Beberapa gejala gangguan
pendengaran pada bayi dan anak-anak adalah:
·
Tidak kaget saat mendengar suara
nyaring.
·
Untuk bayi di bawah 4 bulan, tidak
menoleh ke arah sumber suara.
·
Tidak bisa menyebutkan satu kata pun
saat berusia satu tahun.
·
Menyadari kehadiran seseorang ketika ia
melihatnya, namun acuh saat dipanggil namanya.
·
Lambat saat belajar bicara atau tidak
jelas ketika berbicara.
·
Menjawab tidak sesuai dengan
pertanyaannya.
·
Sering berbicara dengan lantang atau
menyetel volume TV keras-keras.
·
Memperhatikan orang lain untuk meniru
sesuatu yang diperintahkan, karena ia tidak mendengar sesuatu yang
diinstruksikan.
Segeralah berkonsultasi ke dokter jika mengalami
gejala-gejala di atas.
Penyebab
gangguan Pendengaran
Dua
penyebab utama dari gangguan pendengaran adalah faktor usia dan suara nyaring.
Kebanyakan orang mulai sedikit terganggu pendengarannya ketika memasuki usia 40
tahun. Gangguan pendengaran akibat usia juga dikenal dengan nama presbikusis.
Sedangkan
paparan suara nyaring berkali-kali mampu merusak indera pendengaran. Suara
nyaring seperti suara ledakan bisa membuat gangguan pendengaran muncul
tiba-tiba, biasanya kondisi ini dikenal dengan istilah trauma akustik.
Jika
dibedakan dari bagian telinga yang terganggu, ada dua jenis gangguan
pendengaran yaitu gangguan pendengaran sensorineural dan gangguan pendengaran
konduktif.
Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh kerusakan sel
rambut sensitif yang ada di telinga bagian dalam atau rusaknya saraf
pendengaran. Beberapa penyebab gangguan pendengaran sensorineural adalah:
·
Mengidap
penyakit meniere, neuroma akustik, meningitis, ensefalitis, atau sklerosis
multipel.
·
Faktor
keturunan.
·
Cedera
kepala.
·
Serangan
stroke.
·
Kondisi
autoimunitas.
·
Kelainan
telinga.
·
Kemoterapi.
·
Obat-obatan
antibiotik tertentu.
·
Radioterapi
untuk kanker hidung.
·
Infeksi
virus di telinga bagian dalam atau di saraf pendengaran.
Sedangkan
gangguan
pendengaran konduktif biasanya terjadi saat gelombang suara
tidak bisa masuk ke telinga bagian dalam. Berikut ini adalah penyebab gangguan
pendengaran konduktif:
·
Gendang
telinga pecah atau berlubang.
·
Otosklerosis.
·
Kolesteatoma.
·
Pembengkakan
dinding atau disfungsi pada saluran atau tuba eustachius.
·
Rusaknya
tulang pendengaran akibat trauma.
·
Kelainan
telinga.
·
Masuknya
benda asing ke dalam telinga.
Diagnosa
Gangguan Pendengaran
Diagnosis merupakan langkah dokter untuk
mengidentifikasi penyakit atau kondisi yang menjelaskan gejala dan tanda-tanda
yang dialami oleh pasien. Untuk mendiagnosis gangguan pendengaran, dokter akan
melakukan beberapa hal berikut:
·
Pemeriksaan
fisik.
Dokter
akan memeriksa telinga untuk mencari penyebab gangguan, seperti kotoran
telinga, infeksi, atau rusaknya gendang telinga.
·
Uji garpu tala.
Selain
bisa mendeteksi gangguan pendengaran, uji garpu tala juga bisa menentukan
telinga bagian mana yang rusak.
·
Uji audiometri
nada murni.
Pada
uji ini, sebuah mesin akan memroduksi suara dengan beragam volume dan frekuensi
yang akan didengarkan oleh penderita melalui headphone.
Dari beberapa pemeriksaan tersebut, dokter akan
mengetahui derajat ketulian yang dialami penderita. Ada empat tingkatan derajat
ketulian yaitu:
·
Tuli ringan.
Biasanya
penderita kesulitan menyimak seseorang berbicara, khususnya di lingkungan yang
berisik.
·
Tuli sedang.
Penderita
kesulitan menyimak seseorang berbicara tanpa menggunakan alat bantu
pendengaran.
·
Tuli berat.
Umumnya
penderita tuli berat perlu membaca bibir atau bahasa isyarat untuk mengerti
pembicaraan seseorang, bahkan saat ia menggunakan alat bantu dengar.
·
Tuli berat
sekali.
Penderita
tuli berat sekali harus dapat berkomunikasi dengan membaca bibir dan
bahasa isyarat.
Pengobatan
Gangguan Pendengaran
Cara pengobatan bergantung dari penyebab serta
tingkat keparahan gangguan pendengaran. Namun, biasanya penderita gangguan
pendengaran ditangani dengan beberapa tindakan dan alat bantu berikut:
·
Implan koklea, adalah
alat bantu mendengar yang ditanam di bawah kulit di belakang telinga penderita.
·
Membersihkan
kotoran yang menyumbat telinga.
·
Auditory
Brainstem Implant. Alat bantu pendengaran yang mengubah
suara yang ditangkapnya menjadi sinyal elektrik dan menghantarkannya ke otak
penderita.
·
Alat bantu
dengar, bisa
menolong penderita dengan membuat suara menjadi lebih kuat dan mudah didengar
penderita.
·
Pembedahan. Langkah
ini mungkin akan dilakukan jika penderita mengalami cedera telinga atau infeksi
kambuhan.
·
Mempelajari
bahasa isyarat dan membaca bibir. Penderita gangguan
pendengaran berat akan dianjurkan untuk belajar memahami bahasa isyarat dan
membaca bibir untuk mempermudah komunikasi dengan orang lain.
Pencegahan
Gangguan Pendengaran
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mengurangi risiko terkena gangguan pendengaran yaitu:
·
Jangan memasukkan benda ke dalam telinga
anak-anak termasuk jari, korek kuping (cotton bud), kapas, dan tisu.’
·
Menguji indera pendengaran secara
berkala jika sering terpapar suara nyaring saat bekerja.
·
Menghindari kegiatan yang berisiko
mencederai indera pendengaran seperti berburu dengan senapan, mendengarkan music.
·
Lindungi telinga saat berada di
lingkungan yang berisik.
·
Gunakan headphone yang bisa
menahan masuknya suara luar, sehingga volume tidak perlu terlalu besar.
·
Segera ke dokter bila Anda mengalami
gejala-gejala infeksi telinga atau penyakit meniere (telinga berdenging) agar
penyakit ini tidak berkembang menjadi kehilangan pendengaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar