Pengertian
Disentri
Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan
diare yang disertai darah atau lendir.
Diare merupakan buang air besar encer dengan frekuensi yang lebih sering dari
biasanya. Di samping diare, gejala disentri lainnya meliputi kram perut,
mual atau muntah, serta demam.
Kasus
Disentri di Indonesia
Disentri
merupakan penyakit yang sangat umum terjadi, terutama jenis disentri basiler.
Penyakit ini bisa muncul sepanjang tahun di Indonesia.
Jumlah
pasti penderita disentri tidak diketahui karena selain penyakit ini belum
tercatat secara resmi, kebanyakan penderita juga merawat diri di rumah tanpa
berkonsultasi dengan dokter. Sanitasi yang buruk dan keterbatasan air bersih,
terutama di daerah yang padat penduduknya, bisa meningkatkan risiko penyebaran
penyakit ini. Selain itu, faktor risiko disentri yang kuat di Indonesia adalah
kontaminasi pada makanan dan minuman.
Penyebab
Disentri
Penyebab disentri dibagi menjadi dua kategori, yaitu
bakteri dan amoeba.
·
Disentri basiler atau sigelosis yang
disebabkan oleh bakteri shigella.
Bakteri shigella memiliki 4 jenis,
yaitu Shigella sonnei, Shigella flexneri, Shigella boydii, dan Shigella
dysenteriae. Shigella sonnei merupakan penyebab disentri yang paling umum,
sementara Shigella dysenteriae adalah penyebab disentri yang paling
parah.
Bakteri shigella yang ditemukan
dalam tinja pengidap dapat menyebar melalui banyak cara, terutama akibat
kebersihan yang tidak terjaga, misalnya:
1. Karena
pengidap tidak mencuci tangan setelah buang air besar.
2. Jika
kita mengonsumsi minuman atau makanan yang terkontaminasi.
3. Apabila
kita menyentuh benda atau bagian tubuh yang terkontaminasi bakteri karena
disentuh penderita yang tidak mencuci tangan.
·
Disentri
amoeba atau amoebiasis.
Disentri amoeba atau amoebiasis disebabkan oleh
amoeba (parasit bersel satu) yang disebut Entamoeba histolytica. Penyakit
ini biasanya ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia.
Setelah masuk lewat mulut, amoeba-amoeba membentuk
kista yang terlindung dari asam lambung saat masuk ke perut. Dari perut, kista
akan turun ke usus. Dinding pelapisnya kemudian pec
ah dan melepaskan amoeba-amoeba yang akan
mengakibatkan infeksi. Mereka bisa membenamkan diri ke dinding usus dan
menyebabkan terbentuknya abses kecil dan ulkus (tukak).
Mampu bertahan hidup di luar tubuh manusia. Jika
standar kebersihan rendah, misalnya tidak ada saluran pembuangan yang higenis,
amoeba akan mengkontaminasi area sekelilingnya termasuk makanan dan air.
Risiko penyebaran disentri amoeba juga akan
meningkat jika Anda tinggal di lingkungan:
1. Dengan
persediaan air bersih atau saluran pembuangan yang tidak memadai.
2. Berada di dekat
dengan saluran pembuangan.
3. Yang padat
penduduk, misalnya daerah kumuh.
4. Di mana tinja
manusia digunakan sebagai pupuk.
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang
rendah atau melakukan seks anal juga bisa menjadi faktor risiko tertular
disentri.
Disentri
basiler merupakan jenis disentri yang paling umum terjadi. WHO memperkirakan
sekitar 120 juta kasus disentri yang parah termasuk jenis ini dan mayoritas
pengidapnya adalah balita.
Kedua
jenis disentri tersebut biasanya menular karena lingkungan yang kotor. Manusia
juga sering terinfeksi karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh
kotoran pengidap. Misalnya akibat pengidap tidak membasuh tangan dengan bersih
setelah buang air besar.
Gejala
Disentri
·
Disentri akibat bakteri.
Jenis disentri yang paling sering
terjadi adalah disentri yang disebabkan oleh bakteri shigella (disentri
basiler atau sigelosis). Gejala-gejala disentri ini cenderung berlangsung
selama 5-7 hari dan umumnya berupa:
1. Diare
disertai darah.
2. Demam.
3. Mual.
4. Muntah.
5. Kram
perut.
·
Disentri akibat amoeba.
Disentri jenis ini disebut disentri
amoeba atau amoebiasis. Kondisi ini sering terjadi di daerah tropis, seperti
Indonesia. Disentri amoeba umumnya memiliki masa inkubasi (jangka waktu
seseorang terkena bakteri hingga muncul gejala) hingga 10 hari setelah paparan
dan infeksi terjadi. Gejala-gejala disentri amoeba biasanya meliputi:
1. Diare
yang disertai darah atau nanah.
2. Sakit
perut.
3. Demam
dan menggigil.
4. Mual
dan muntah.
5. Sakit
saat buang airbesar.
6. Pendarahan
pada rektum.
7. Kehilangan
nafsu makan.
8. Penurunan
berat badan.
Parasit terkadang bisa masuk ke aliran darah dan
menyebar ke organ lain, terutama hati. Jika ini terjadi, amoeba bisa memicu
terbentuknya abses hati dengan gejala-gejala seperti demam, lemas, mual, batuk,
kehilangan nafsu makan, sakit kuning, serta berat badan menurun.
Disentri amoeba biasanya berlangsung selama
beberapa hari sampai beberapa minggu. Tanpa perawatan klinis, amoeba bisa terus
hidup di usus selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, meski pengidap
tidak lagi mengalami gejalanya. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan penularan
dan kambuhnya diare.
Pada umumnya, kasus disentri yang parah bisa
berujung pada dehidrasi. Gejala-gejala dehidrasi perlu diwaspadai,
terutama jika disentri terjadi pada anak-anak, karena ketahanan tubuh mereka
terhadap dehidrasi tidak setinggi orang dewasa.
Dehidrasi pada anak bisa berujung pada kematian.
Jika telah mengalami diare sebanyak 6 kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam,
anak Anda sebaiknya segera dibawa ke dokter. Gejala dehidrasi yang patut
diwaspadai adalah kulit menjadi pucat, kaki dan tangan yang dingin, frekuensi buang
air kecil yang menurun dibanding biasanya, serta kondisi tubuh melemah.
Diagnosis
Dsentri
Untuk mendiagnosis jenis disentri yang Anda idap, dokter akan melakukan pemeriksaan sampel tinja.
Apabila mencurigai Anda mengidap disentri amoeba, dokter juga akan menganjurkan pemeriksaan lebih mendetail seperti tes darah guna memeriksa antibodi, USG hati agar bisa memastikan ada atau tidaknya abses pada hati, serta kolonoskopi untuk memeriksa kondisi usus besar.
Komplikasi Disentri
Penderita disentri dianjurkan untuk terus waspada, karena disentri bisa memicu beberapa komplikasi, bahkan bisa menyebabkan kematian. Hal ini umumnya terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk, dan terutama jika perawatan klinis susah untuk didapatkan.
Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
·
Dehidrasi karena kehilangan cairan akibat diare
dan muntah-muntah. Ini merupakan kondisi yang bisa berakibat fatal, terutama
pada anak-anak.
·
Abses pada hati akibat amoeba yang menyebar
hingga ke hati.
Memang
tidak semua penderita harus ke dokter jika mengalami disentri, karena biasanya
bisa pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari. Tetapi jika Anda mengalami
diare berdarah atau berlendir yang berlangsung lebih dari beberapa hari, segera
konsultasikan kepada dokter agar bisa memperoleh diagnosis dan pengobatan
yang lebih akurat.
Khusus
untuk anak-anak, pengawasan yang lebih ketat harus dilakukan. Apabila anak Anda
mengalami diare selama 6 kali atau lebih dalam jangka waktu 24 jam atau diare
yang berkelanjutan, Anda disarankan untuk membawanya ke dokter .
Pengobatan Disentri
Disentri
umumnya akan sembuh setelah beberapa hari tanpa membutuhkan perawatan medis,
terutama disentri akibat bakteri. Banyak minum air putih sangat penting untuk
menggantikan cairan yang terbuang selama mengalami diare agar terhindar dari dehidrasi.
·
Banyak minum cairan.
Pencegahan
dehidrasi pada bayi dan anak-anak sangatlah penting. Anda dianjurkan memberi
anak minum air putih sedikit demi sedikit dan sesering mungkin walau mereka
muntah. Sedikit minum lebih baik daripada tidak sama sekali. Hindari memberi
jus buah atau minuman bersoda pada anak Anda karena bisa memperparah diare.
Sama halnya dengan anak-anak,
orang dewasa sebaiknya banyak minum agar cairan yang terbuang dapat digantikan
dan terhindar dari dehidrasi. Minumlah beberapa teguk air sesering mungkin.
Pada kasus diare yang parah, cairan perlu diberikan melalui infus di rumah
sakit.
·
Oralit.
Penggunaan
oralit dianjurkan jika:
1. Penderita rentan
terhadap dehidrasi, misalnya karena berusia 60 tahun ke atas.
2. Penderita
anak-anak yang sudah atau berisiko mengalami dehidrasi.
Oralit
biasanya bisa dibeli tanpa resep dokter. Cairan ini berfungsi menggantikan
garam, glukosa, dan mineral penting lainnya yang hilang dari tubuh karena
dehidrasi.
Namun harap diingat bahwa oralit
bukan untuk menyembuhkan diare, melainkan membantu mengobati atau mencegah
dehidrasi.
·
Konsumsi makanan padat.
Konsumsilah
makanan ringan dengan porsi kecil. Jangan lupa untuk menghindari makanan
berlemak, pedas, dan berat.
Pemberian makanan padat pada anak
yang mengalami dehidrasi sebaiknya dihindari sampai mereka sudah cukup minum.
Saat gejala dehidrasi sudah berkurang, anak Anda boleh mulai mengonsumsi makanan
seperti biasa.
·
Pemberian antibiotic.
Penderita
diare tingkat menengah sampai tingkat parah yang disebabkan bakteri shigella biasanya
dianjurkan untuk meminum antibiotik guna mempercepat kesembuhan. Penderita
diare dengan gejala yang bertambah parah juga demikian. Jenis antibiotik yang
diberikan akan ditentukan oleh dokter setelah hasil pemeriksaan laboratorium
membuktikan jenis disentri yang diidap oleh pasien.
Pada pasien disentri amoeba,
dokter biasanya akan menganjurkan konsumsi antibiotik yang akan memberantas
amoeba selama setidaknya 10 hari.
Pencegahan
Menjaga kebersihan adalah faktor utama dalam
pencegahan disentri. Di bawah ini adalah sejumlah langkah sederhana yang bisa
membantu kita untuk mencegah
diare maupun disentri:
·
Senantiasa mencuci tangan dengan air
bersih yang mengalir dan sabun setelah menggunakan toilet, sebelum makan,
memasak, menyiapkan makanan, dan setelah bermain dengan hewan peliharaan.
·
Bersihkan toilet dengan disinfektan
setelah buang air besar.
·
Memisahkan pakaian pengidap saat dicuci.
·
Mencuci pakaian pengidap dengan air
panas.
·
Jangan menggunakan handuk atau peralatan
makan yang sama dengan pengidap.
·
Penderita sebaiknya tidak keluar rumah
selama minimal 48 jam setelah periode disentri berakhir.
·
Hindari konsumsi makanan mentah, seperti
karedok. Jika Anda ingin mengonsumsi buah-buahan, pilihlah buah dengan kulit
yang bisa dikupas.
·
Menjauhi makanan yang kebersihannya
tidak terjamin, misalnya yang dijual pedagang kaki lima.
·
Hanya mengonsumsi makanan yang dimasak
hingga benar-benar matang.
·
Hindari konsumsi es batu yang terbuat
dari air yang tidak bersih.
·
Menghindari minum air langsung dari
keran. Rebuslah terlebih dahulu.
·
Menjaga kebersihan dapur dan kamar
mandi.
·
Penderita sebaiknya tidak keluar rumah
selama minimal dua hari setelah diare yang terakhir.
·
Hindari konsumsi minuman botol dengan
segel yang rusak.
·
Jagalah kebersihan kuku, terutama jika
Anda memiliki kuku yang panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar