Pengertian
Flu Burung
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).
Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung.
Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.
Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).
Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah wilayah Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.
Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.
Seseorang yang terkena flu burung akan mengalami gejala utama, seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, pilek, batuk, dan gangguan pernapasan. Namun sebelum gejala tersebut muncul, ada juga penderita yang terlebih dahulu mengalami:
·
Sakit perut.
·
Diare.
·
Pendarahan gusi.
·
Pendarahan hidung.
·
Nyeri dada.
Pengobatan flu burung harus dilakukan secepat
mungkin. Karena jika tidak, penyakit ini sangat berpotensi menimbulkan
komplikasi yang dapat membahayakan nyawa penderitanya, seperti:
·
Sindrom gagal napas akut.
·
Pneumonia.
·
Gagal multi organ (misalnya gangguan
jantung, disfungsi ginjal, dan pneumothorax atau pengumpulan udara di dalam
rongga pleura).
Penyebab
Flu Burung
Virus flu
burung awalnya hanya menyebar antar unggas saja, baik itu unggas liar maupun
unggas peternakan (ayam, bebek, angsa, atau burung kicauan). Seiring waktu,
virus flu burung bermutasi menjadi beberapa turunan sehingga pada akhirnya
mampu menulari manusia. Beberapa turunan virus tersebut di antaranya adalah
H5N1, H7N7, H9N2, H5N6, H6N1, H7N9, dan H10N8.
Dari
semua turunan virus flu burung, sampai saat ini hanya dua jenis yang pernah
menyebabkan wabah dengan jumlah korban jiwa yang banyak, yaitu H5N1 dan H7N9.
H5N1 yang
mewabah sejak tahun 1997 telah menginfeksi sekitar 840 orang di seluruh dunia
dengan jumlah penderita meninggal dunia mencapai 447 orang. Dari data tersebut,
Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena dampak flu burung paling
parah, bersama dengan Vietnam dan Mesir.
Sedangkan
H7N9 yang mewabah sejak bulan Maret tahun 2013, dilaporkan telah menginfeksi
665 orang dan 229 di antaranya meninggal dunia. Tiongkok bagian tenggara
merupakan wilayah yang paling besar terkena dampaknya akibat wabah virus flu
burung jenis ini.
Flu
burung berisiko tinggi menular apabila kita menyentuh unggas yang telah
terinfeksi, menghirup debu dari kotoran unggas sakit yang telah mengering, atau
menyantap daging/telurnya dengan tidak dimasak sampai benar-benar matang.
Selain itu, bahaya yang sama juga mengintai apabila kita mengunjungi pasar
unggas dengan tingkat kebersihan yang buruk atau mengunjungi suatu daerah yang
sedang dilanda wabah flu burung.
Diagnosis
Flu Burung
Segera
temui dokter jika Anda mengalami gejala-gejala, seperti batuk, demam, dan nyeri
di seluruh tubuh. Terlebih jika gejala-gejala tersebut dirasakan sepulang dari
wilayah yang sedang dilanda wabah flu burung.
Selain
mencocokkan gejala yang dirasakan pasien dengan tanda-tanda sakit flu burung,
dokter juga akan menanyakan pada pasien apakah dirinya sering menyentuh unggas,
pernah menyantap daging/telur unggas yang kurang matang, atau berinteraksi
dekat dengan seseorang yang menderita penyakit pernapasan parah.
Jika
dokter mencurigai pasien terjangkit flu burung, pemeriksaan lanjutan di
laboratorium perlu dilakukan untuk memastikannya. Pemeriksaan ini untuk
memeriksa adanya virus pada usapan hidung atau tenggorokan pasien. Pemeriksaan
lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan di dada dengan menggunakan X-ray.
Biasanya jika hasil pemeriksaan laboratorium dan X-ray ini normal, maka
kemungkinan pasien tidak menderita flu burung.
Pengobatan
Flu Burung
Pasien
yang telah terbukti menderita flu burung biasanya akan diobati secara terpisah
(terisolasi) di rumah sakit untuk menghindari penularan. Selain dianjurkan
untuk minum banyak cairan, mengonsumsi makanan sehat, istirahat, dan minum obat
pereda rasa sakit, dokter juga biasanya akan meresepkan obat-obatan antivirus
agar penyakit tidak berkembang makin parah. Pemberian obat antivirus juga
bertujuan mencegah terjadinya komplikasi dan membuat peluang hidup pasien tetap
besar.
Contoh
obat-obatan antivirus yang bisa diberikan dalam kasus flu burung adalah
oseltamivir dan zanamivir. Oseltamivir adalah obat pilihan utama.
Sebenarnya
kedua obat ini diperuntukkan mengobati flu biasa dan sangat efektif jika
penggunaannya tidak melebihi dua hari setelah gejala muncul. Obat ini bisa
diberikan secepatnya setelah pasien dinyatakan positif terjangkit flu burung.
Selain
berguna untuk pengobatan, oseltamivir dan zanamivir juga bisa dikonsumsi
sebagai obat pencegah flu burung, terutama diberikan kepada para petugas medis
yang menangani pasien penyakit ini dan kepada mereka yang aktivitas
sehari-harinya berdekatan dengan unggas.
Penanganan
Komplikasi Flu Burung
Salah satu komplikasi yang bisa terjadi pada kasus
flu burung adalah pneumonia. Pasien yang mengalami kondisi ini biasanya harus
dibantu dengan ventilator di rumah sakit untuk membantu mengurangi kesulitan
bernapas. Selain itu, pemberian obat-obatan antibiotik harus terus dilakukan
sampai pneumonia sembuh.
Pencegahan
Flu Burung
Ketika
flu burung mewabah di Indonesia, pemerintah banyak melakukan upaya
penanggulangan, di antaranya dengan melakukan penyemprotan (sterilisasi) ke
sejumlah peternakan atau pasar unggas, hingga pemusnahan jutaan unggas yang
dicurigai membawa virus flu burung.
Penyebaran
virus flu burung memang sulit untuk dicegah. Namun terlepas dari hal itu, kita
harus tetap melakukan hal-hal yang dapat memperkecil risiko terjangkit.
Beberapa contoh sederhananya adalah dengan selalu menjaga kebersihan tangan, menjaga
kebersihan kandang apabila kita memelihara unggas, memastikan untuk mengonsumsi
daging atau telur unggas yang telah dimasak dengan baik, dan tidak mengonsumsi
unggas liar hasil buruan karena kita tidak tahu penyakit apa saja yang mungkin
ada di tubuh mereka.
Belilah
daging unggas yang sudah dipotong di swalayan atau pasar tradisional yang
kebersihannya baik. Daging siap masak akan meminimalkan risiko terkena flu
burung karena kita tidak perlu repot-repot memotong, mencabuti bulu, atau
membersihkan isi perut unggas. Sebisa mungkin hindarilah lapak unggas hidup di
pasar yang kebersihan di sekitar lapak tersebut tidak higienis.
Selalu
gunakan masker (penutup mulut dan hidung) ketika kita berada di tempat-tempat
umum. Meski flu burung jarang menular dari manusia ke manusia, namun langkah
ini tidak ada salahnya dilakukan sebagai tindakan preventif. Apabila Anda
tinggal di wilayah yang aman dari flu burung, hindari melakukan perjalanan ke
wilayah-wilayah yang sedang dilanda flu burung.
Untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap virus influenza, upayakan untuk rutin
mengikuti vaksinasi flu tiap tahun. Jika perlu, sertakan juga vaksinasi
pneumokokus untuk menjaga diri dari komplikasi flu burung apabila sewaktu-waktu
kita terjangkit kondisi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar